"Hei kau, kenapa kita bersua kembali?"
>> Jumat, 13 Februari 2015
Kepada: F
#1
Suatu hari di bulan Maret. Musim hujan mulai berakhir
namun gemericik rintik sesekali berkunjung sekedar untuk menyapa tunas-tunas
yang rindu akan hujan embun. Sebuah pesan kaukirim untuk pertama kalinya,
ajakan untuk bersua. Heran. Padahal perjumpaan kita di hari-hari lalu tak
pernah terencana hanya sebatas obrolan singkat dan sapaan hangat saat canda
mencair di sela-sela gang sempit yang selalu ramai.
Isya menghampiri waktu, saat kaumenunggu sedangkan aku
tengah termangu kemudian kita tak pernah bertemu di Rabu malam hari itu. Aku
menolak lalu bersangka ada sebuah kolusi yang tengah dibangun entah kau dengan
siapa atau siapa dengan siapa. Samar-samar berkabar integrasi ataupun mungkin
nanti menjadi negasi.
Menjelang akhir April di suatu pagi menjelang siang yang entah harus disebut kebetulan atau bukan. Kau mengajakku berbincang tentang sebuah bumi dan
matahari, perkenalan singkat atau perkenalan hangat, sederhana dengan secangkir
kopi dan sebotol air putih di batuan pojok yang hampir setengah bundar. Lalu
lalang manusia, kita lupa mereka.
Ambigu, dan aku tak hendak menebak atau bersangka kalau
mereka yang kausebutkan adalah sebuah cerita tentang perasaan. Aku menjawab
tepat di hari kelahiranmu pertengahan Mei, setelah perjumpaan hangat di awal
Mei lalu. Saat itu kaukayuh sepeda dengan aku yang duduk di sadel
belakang sambil memandang punggungmu yang dibalut kaos hitam panjang. Kukira
itu salah langkah begitu juga denganmu yang ternyata keliru menebak rasaku. Aku
hanya sebatas mengagumimu, tanpa bermaksud lebih untuk memiliki asa denganmu. Aku hanya ingin bersahabat denganmu.
Menjelang akhir di bulan yang sama kau menungguku dengan
sabar. “Hai kau, kenapa kita bersua kembali?” pikiranku ingin bersembunyi darimu. Melewati dua purnama, ini ke-empat kalinya berkesempatan
melihat wajahmu tanpa ingin menghilangkan canda yang kini mulai beku. Kita
menikmati lakon yang kaku dan bosan. Ada rasa bahagia namun semu, aku masih
sebatas mengagumimu.
Juni, Juli, Agustus. Kita bersahabat dan kian hangat. Bukan
sekedar kagum, tapi kenyamanan yang lalu sekedar tunas, kini tumbuh dengan
deras.
September. Pilihan yang tertunda kembali menghampiriku, dan
aku tak hendak berpihak padanya. Dan kau tahu, sebuah senyummu telah dan tengah
memenangkan hatiku.
2/13/15. 11.21pm