MELUKIS JENDELA
>> Selasa, 04 Maret 2014
Mala Himatul Aulia
Untuk Engkau;
Nenenda dalam jendela dan jendelaku.
Tintaku
hampir habis
Saat
senja mengantarkan engkau ke dalam kanvas
Berselaras
dalam sajak jingga dan nyanyian tentang nyiur
Baitnya
menukarkan jejak peluh dalam kausnya
Menjadi
lembayung bermata ibu
Engkau
meluk,
Sebingkai
daun yang kausebut cahaya
saat
bersambut di timur, dan kaulepas kepergian bapak tua
Ah,
merenta
Tiada
sanak saudara kaupunya
Hanya
gema berpacu beradu
Pada
angin dan batuan yang kausebut cucu warisan nenek moyangmu
Pagi
berganti siang
Tiada
engkau berpindah
Hanya
meluk
Melukis
dan meraba pada dinding-dinding reyotmu
Sungguh,
tak bernyali aku membuat gaduh
Hanya
mengantarkan engkau pada lapar dan terik
Lalu
pada baskara dan riuh bunyian ombak selamba engkau berceracau
Aku
tak tahu, apakah engkau tahu sebentuk matahari dan pantai yang mengelilingimu?
atau
hanya menebak warnanya dari cerita bapak tua?
Kemudian gerah berpencar dihempas angin
saat purnama
Bapak
tua menyambutmu, bukan engkau!
Ia
tiba dengan sekeranjang kasih sayang
dan
engkau meluk, menciumi bau yang kausebut keselamatan dan rindu
Oh,
perempuan
Seharian
ini aku tengah melukis penantianmu
Sayangnya
engkau tak tahu warna
Saat
matamu mulai kabur dimakan usia
Pondok
S, Ciputat, Ahad, 09 Februari 2014
0 komentar:
Posting Komentar